Close

Laba Induk HM Sampoerna dan Bentoel Terancam Akibat WHO

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) baru-baru ini mengeluarkan rekomendasi untuk melarang iklan, promosi, dan sponsor produk tembakau

Laba Induk HM Sampoerna dan Bentoel Terancam Akibat WHO

Safe kids Oregon – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) baru-baru ini mengeluarkan rekomendasi untuk melarang iklan, promosi, dan sponsor produk tembakau. Rekomendasi ini berpotensi berdampak negatif terhadap laba induk PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) dan PT Bentoel Internasional Investama Tbk (BTI).

HMSP dan BTI merupakan dua perusahaan rokok terbesar di Indonesia. Keduanya merupakan anak perusahaan dari perusahaan rokok multinasional, yaitu Philip Morris International (PMI) dan British American Tobacco (BAT).

Rekomendasi WHO ini dapat berdampak negatif terhadap laba induk HMSP dan BTI karena dapat mengurangi permintaan produk tembakau. Hal ini disebabkan karena iklan, promosi, dan sponsor merupakan salah satu cara perusahaan rokok untuk meningkatkan permintaan produknya.

Menurut laporan PMI, iklan, promosi, dan sponsor menyumbang sekitar 15% dari pendapatan perusahaan di Indonesia. Jika rekomendasi WHO ini diterapkan, maka pendapatan PMI di Indonesia dapat berkurang hingga 2,25 miliar dolar AS per tahun.

Selain itu, rekomendasi WHO ini juga dapat meningkatkan biaya operasional HMSP dan BTI. Hal ini disebabkan karena perusahaan rokok harus mengeluarkan biaya untuk menghapus semua iklan, promosi, dan sponsor produk tembakau.

Berdasarkan analisis Bloomberg, laba HMSP dan BTI dapat berkurang masing-masing sebesar 13% dan 10% jika rekomendasi WHO ini diterapkan.

Untuk mengurangi dampak negatif dari rekomendasi WHO ini, HMSP dan BTI dapat melakukan beberapa strategi, antara lain:

  • Mengalihkan fokus pemasaran ke saluran digital
  • Meningkatkan investasi di produk alternatif tembakau
  • Melakukan diversifikasi usaha ke bidang lain

Namun, strategi-strategi tersebut membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Oleh karena itu, tidak menutup kemungkinan laba HMSP dan BTI tetap akan berkurang jika rekomendasi WHO ini diterapkan.

scroll to top